VSD (VISUAL
SURFACE DETERMINATION)
KELAS CONSERVATIVE : BOUNDING VOLUME
DISUSUN
OLEH :
Kelompok
3
Nama
Anggota :
1. Andry Darsono ( 51414172 )
2. Danty Nurachmah S ( 52414531 )
3. Hamda Prayogo ( 54414716 )
4. Muhammad Fadhiil (
)
5. Rizma
Dwi Cahyaningsih ( 59414734 )
Kelas
: 3IA09
FAKULTAS
TEKNOLOGI INDUSTRI / TEKNIK INFORMATIKA
UNIVERSITAS
GUNADARMA
2017
Visual Surface Determination
(VSD)
Visual Surface Determination (VSD) atau disebut juga dengan Hidden
Surface Removal (HSR) merupakan suatu cara untuk menentukan garis atau permukaan
yang terlihat pada suatu objek 3D dan spesifikasi pandangan (kamera).
Terdapat 3
pendekatan utama pada permukaan terlihat, yaitu:
1.
Tes
penampakan konservatif (conservative surface test) è hanya sebatas trivial reject saja,
yang tidak memberikan jawaban, contohnya back-free culling. Untuk mendapat
penyelesaiannya harus dilakukan dengan pendekatan yang lain.
2.
Ketelitian
gambar (image-precission) è bagian yang terlihat ditentukan dengan point-point pada setiap
posisis pixelnya pada bidang proyeksi. Contohnya pada raytracing, atau Z-buffer.
3. Ketelitian objek
(object-precission) è menentukan bagian mana yang
terlihat dengan membandingkan objek dan bagian-bagiannya dalam layar. Contohnya
A.
Boundering Volume
Bounding Volume
Hierarchy (BVH) adalah sebuah struktur data berupa tree yang terdiri dari
container yang melingkupi objek atau container lainnya. Dengan menggunakan BVH,
kita dapat mengabaikan objek yang parent-nya tidak berpotongan dengan garis
yang ditembakkan. Dengan mengabaikan objek-objek yang tidak relevan, kita dapat
mempercepat proses Ray Tracing secara signifikan. Gambar (a,b) Menunjukkan
ilustrasi BVH pada scene 2 dimensi dan representasi BVH pada tree
Bounding Volume
Hierarchy (BVH) dapat mempercepat proses rendering dengan mengabaikan objek
yang tidak perlu diperhitungkan. Sayangnya konstruksi BVH bukan hal yang mudah
dan konstruksi BVH secara manual tidak praktikal jika dibandingkan dengan
kompleksitas scene yang akan di-render. Dalam tugas akhir ini penulis ingin
menerapkan Agglomerative Clustering dengan optimalisasi untuk konstruksi BVH
secara otomatis.
Dibawah ini ada gambar
kelinci yang merupakan contoh dari BVH, gambar yang dibawah ini adalah gambar
yg sudah dirender .
Dibawah ini merupakan tampilan yg belum di render , bisa dilihat
bawa ada bagian yang tidak perlu difikirkan saat melakukan proses rendering.
B.
Ray Tracing dengan BVH
Pada
algoritma Ray Tracing, kita memerlukan perhitungan persilangan ray-object sebanyak jumlah objek
per pixel. BVH tersusun
dari container dalam bentuk 3 dimensi yang membentuk sebuah tree.
Dengan memanfaatkan BVH, objek yang
parent-nya tidak bersilangan dengan objek tidak perlu diperhitungkan persilangannya Pada penelitian kali
ini diimplementasikan BVH dalam bentuk binary tree.
C.
Approximate Agglomerative Clustering
Digunakan Approximate Agglomerative
Clustering sebagai metode untuk membangun BVH. Secara garis besar AAC adalah
Agglomerative Clustering dengan tahapan preprocessing yang membagi list cluster
menjadi beberapa sub-list hingga perhitungan jarak tidak dilakukan
secara global. Fitur utama dari AAC adalah pembagian subset di mana
sebuah node hanya perlu mencari tetangga terdekat dari subset tersebut.
Dengan node yang sudah tersortir, pembagian subset dapat
dilakukan dengan cepat dan tidak akan mengurangi kualitas cluster secara
signifikan. Sub-list tersebut lalu di satukan dengan menggunakan
Agglomerative Clustering
Tahapan pertama AAC adalah
tahap preprocessing data poligon. Proses yang dilakukan adalah
menghitung Morton Code masing-masing poligon dan melakukan sorting dengan
Radix Sort yang dijalankan pada awal build BVH. Morton Code digunakan untuk
memudahkan proses sorting dengan menjaga lokalitas data. Radix Sort
digunakan karena cocok digunakan untuk tipe data Morton Code.
Setelah tahapan preprocessing,
cluster akan dibentuk pada metode buildTree yang akan menghasilkan cluster
sesuai parameter algoritma. Proses ini akan membagi list poligon secara
rekursif hingga memenuhi threshold tertentu. Tahap pembagian list memanfaatkan
Morton Code sehingga hanya perlu mencari perubahan bit di posisi tertentu. Dikarenakan
Morton Code menjaga locality data, hasil pembagian list tidak
akan merusak kualitas tree.
Setelah jumlah node dalam
suatu subset memenuhi kriteria, akan dilakukan Agglomerative Clustering
dengan metode combineCluster yang merupakan implementasi Agglomerative
Clustering dengan optimalisasi memoization. Tahap terakhir adalah
menggabungkan seluruh cluster yang tersisa menjadi satu cluster (root).
Tahap penggabungan cluster pada BVH bersifat non-decremental sehingga
kita dapat menerapkan beberapa optimalisasi seperti menghitung jarak di awal
pemanggilan loop dan tidak menghitung ulang jarak kecuali pada node yang
membutuhkan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar